Saturday, August 23, 2014

6 faktor mahasiswa susah belajar pemrograman

Dalam era komputerisasi yang sangat kompetitif dewasa ini, banyak universitas – universitas yang menawarkan kepada dunia program studi yang mempelajari tentang computer danbahasa pemrograman. Di zaman yang sudah serba komputerisasi ini yang mendorong sebuah universitas mengadakan sebuah fakultas yang khusus berada pada bidang itu. Bahasa pemrograman adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana kita bisa berinteraksi dengan computer, dan bagaimana kita bisa memerintah computer agar computer bisa mengerti apa yang akan kita perintahkan. 
Dewasa ini banyak perusahaan yang berbondong - bondong mencari jebolan – jebolan universitas – universitas yang benar – benar ahli dalam bidang itu, sebagai contoh Program studi Sistem informasi. Program studi Sistem informasi ini mempelajari bagaimana kita membentuk sebuah sistem yang nantinya akan digunakan, dengan tujuan agar mempermudah cara kerja sebuah sistem lama yang masih manual menjadi lebih simple.

Bentuk Kegagalan Pembelajaran

Mahasiswa dewasa ini lebih sering memilih yang instan dan jarang ada yang memiliki semangat untuk terus berusaha dalam melatih dan belajar bahasa pemrograman. Mahasiswa juga sering jenuh terhadap pengajaran dosen yang terkadang metode pengajaran yang kurang menarik dan bahkan membosankan. Dosen cenderung memperhatikan mahasiswa yang aktif dan kurang memperhatikan mahasiswa yang kurang aktif. Ini yang menyebabkan mahasiswa terkadang sering bolos dan menjadi kurang tertarik belajar. Mahasiswa cenderung lebih suka materi yang pembawaannya mudah dicerna dan interaktif. Karena dari sana mahasiswa lebih bisa menangkap inti dari apa yang dijelaskan dosen.

6 Faktor Susah Belajar

Dari evaluasi tentang bentuk kegagalan dalam penerapan pembelajaran bahasa pemrograman di Universitas itu, menunjukkan sedikitnya ada 6 faktor yang menyebabkan mahasiswa susah  dalam mempelajari bahasa pemrograman, seperti:
Pertama, kurangnya niat dalam mempelajari bahasa pemrograman. Dewasa ini banyak mahasiswa yang pada awalnya memiliki semangat yang menggebu – gebu, namun pada pertengahan jalan semangat mereka mulai pudar dikarenakan matakuliah bahasa pemrograman yang mulai susah atau mereka belum bisa mengikuti matakuliah bahasa pemrograman tersebut.
Kedua, tidak memiliki software dan alat penunjang yang digunakan dalam matakuliah bahasa pemrograman tersebut. Tidak semua mahasiswa yang memiliki alat penunjang kuliah mereka. Pada kenyataannya banyak mahasiswa yang sudah memiliki alat penunjang, namun tidak menginstal software yang digunakan pada saat perkuliahan. Kebenarannya mahasiswa mampu mencari software itu, tetapi mereka sengaja tidak mencari. Disisi lain ada juga yang mungkin software yang digunakan susah untuk dicari.
Ketiga, berpikir salah jurusan dan kurangnya kesiapan logika untuk menangkap materi bahasa pemrograman yang telah disampaikan. Banyak mahasiswa yang ingin terjun dalam bahasa pemrograman, namun tidak memiliki modal pengenalan terhadap komputer atau bahasa pemrograman sama sekali. Mereka juga belum memikirkan bahwa belajar bahasa pemrograman memerlukan permainan logika. Dan pada akhirnya mereka berpikir bahwa mereka salah jurusan, dan kemudian mereka memutuskan untuk pindah jurusan.
Keempat, kurangnya ketertarikan  kepada bahasa pemrograman. Banyak juga mahasiswa yang memilih untuk mempelajari bahasa pemrograman tidak dengan kemauan dan kesadaran pribadi tetapi paksaan dari orang tua mereka, karena orang tua mereka berpikir bahwa prospek kedepan yang cerah adalah komputerisasi. Karena paksaan orang tua mereka jadi tidak maksimal dalam menangkap materi dikarenakan kurangnya ketertarikan kepada bahasa pemrograman tersebut.
Kelima, pengaruh cara pengajaran dosen yang kurang menarik sehingga terkadang mahasiswa tidak bisa mengikuti dan kadang tidak mengerti apa yang diajarkan dosen tersebut dikarenakan metode mengajar dosen yang mungkin kurang bisa diterima oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa sulit untuk mencerna matakuliah yang diajarkan. Banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi, seperti: Dosen menjelaskan terlalu cepat, Dosen menjelaskan terlalu lambat dan bertele – tele sehingga mahasiswa mengantuk, malas, dll.
Keenam, kurangnya latihan yang intensif diluar jam kuliah. Ini sebenarnya adalah sebuah faktor yang paling krusial dari semua faktor yang dijelaskan diatas. Apabila mahasiswa berlatih terus menerus dirumah, lambat laun mereka akan terbiasa meskipun mereka tidak menyukainya.

Penutup
            Agar kegagalan dalam mempelajari bahasa pemrograman bisa diminimalis, maka yang harus dilakukan mahasiswa adalah menambah wawasan lebih mendalam lagi dalam bahasa pemrograman yang ditekuni. Disisi lain juga perlu adanya semangat dan keinginan untuk melatih kembali secara intensif dirumah. Dan yang terakhir harus memiliki keingingan dan ketertarikan yang kuat dalam belajar bahasa pemrograman.

No comments:

Post a Comment